TANGERANG -- Sebanyak 3.045 bayi di bawah umur lima tahun (balita) di Kabupaten Tangerang menderita gizi buruk. ”Jumlahnya 0,87 persen dari 350 ribu balita yang ada di Kabupaten Tangerang,” kata Kepala Bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tangerang, Reniati kepada Republika, Kamis (13/3).
Balita yang menderita gizi buruk disebabkan minimnya asupan makanan bergizi. Kondisi ini terjadi karena orang tua balita tersebut tak mampu membeli makanan bergizi.”Semuanya berawal dari kondisi ekonomi warga yang memprihatinkan,” kata Reni.
Reni menambahkan, jumlah balita penderita gizi buruk mengalami peningkatan di banding 2007 lalu. ”Ada penderita gizi buruk yang tersebar di Kabupaten Tangerang,” kata Reni. Peningkatan tersebut mencapai 0,20 persen. Dinkes terus berupaya untuk menurunkan jumlah penderita gizi buruk.
Di Kabupaten Tangerang juga terdapat balita yang menderita busung lapar (marasmus). ”Pada 2007, jumlah penderitanya sebanyak 40 balita,” kata Reniati. Meski demikian, lanjutnya, jumlah penderita busung lapar cenderung menurun dari tahun ke tahun. Pada 2006, jumlah penderitanya mencapai 50 balita.
Ada perbedaan mendasar antara gizi buruk dan busung lapar,” katanya. Busung lapar, lanjutnya, disebabkan oleh gizi buruk yang tidak ditangani dalam waktu lama. Penderita busung lapar tidak akan kembali ke kondisi normal. Kerusakan otak penderita busung lapar bersifat permanen.
Oleh karena itu Dinkes melakukan berbagai upaya untuk mengurangi jumlah pengidap gizi buruk, salah satunya dengan melakukan kampanye inisiasi menyusui dini (IMD) bagi ibu hamil, kemarin (13\3). Dinkes mengundang 120 orang yang terdiri dari Kepala Puskesmas, Ketua PKK, dan perwakilan rumah sakit se-Kabupaten Tangerang untuk melakukan diskusi tentang gerakan IMD.
Mereka harus menyosialisikan IMD di wilayahnya masingmasing,” kata Reni. Bayi yang baru lahir harus langsung mendapat air susu ibu (ASI) pada satu jam pertama setelah lahir. Kemudian ASI eksklusif harus terus diberikan selama enam bulan.
Menurutnya kegiatan Dinkes itu tidak terkait dengan maraknya susu formula yang mengandung bakteri. ”Kami sudah merencanakan kegiatan ini jauh sebelum isu susu bakteri muncul di masyarakat,” kata Reniati.
Menurut Reniati, angka kematian bayi di Kabupaten Tangerang masih jauh di atas target nasional, yaitu sebanyak 20 per 1.000 kelahiran hidup.
Bagi Wakil Ketua DPRD Kabupaten Tangerang, Arif Wahyudi, kasus gizi buruk yang menimpa 3.045 sudah sangat tinggi. Menyikapi hal itu pihaknya meminta agar Dinkes lebih proaktif dengan melakukan peninjauan lapangan. ”Jangan hanya dapat dari laporan puskesmas atau bawahan saja. Tapi dilihat apa yang terjadi di lapangan,” tegas Arif.
sumber: Republika Online
edisi: 14 Maret 2008
Balita yang menderita gizi buruk disebabkan minimnya asupan makanan bergizi. Kondisi ini terjadi karena orang tua balita tersebut tak mampu membeli makanan bergizi.”Semuanya berawal dari kondisi ekonomi warga yang memprihatinkan,” kata Reni.
Reni menambahkan, jumlah balita penderita gizi buruk mengalami peningkatan di banding 2007 lalu. ”Ada penderita gizi buruk yang tersebar di Kabupaten Tangerang,” kata Reni. Peningkatan tersebut mencapai 0,20 persen. Dinkes terus berupaya untuk menurunkan jumlah penderita gizi buruk.
Di Kabupaten Tangerang juga terdapat balita yang menderita busung lapar (marasmus). ”Pada 2007, jumlah penderitanya sebanyak 40 balita,” kata Reniati. Meski demikian, lanjutnya, jumlah penderita busung lapar cenderung menurun dari tahun ke tahun. Pada 2006, jumlah penderitanya mencapai 50 balita.
Ada perbedaan mendasar antara gizi buruk dan busung lapar,” katanya. Busung lapar, lanjutnya, disebabkan oleh gizi buruk yang tidak ditangani dalam waktu lama. Penderita busung lapar tidak akan kembali ke kondisi normal. Kerusakan otak penderita busung lapar bersifat permanen.
Oleh karena itu Dinkes melakukan berbagai upaya untuk mengurangi jumlah pengidap gizi buruk, salah satunya dengan melakukan kampanye inisiasi menyusui dini (IMD) bagi ibu hamil, kemarin (13\3). Dinkes mengundang 120 orang yang terdiri dari Kepala Puskesmas, Ketua PKK, dan perwakilan rumah sakit se-Kabupaten Tangerang untuk melakukan diskusi tentang gerakan IMD.
Mereka harus menyosialisikan IMD di wilayahnya masingmasing,” kata Reni. Bayi yang baru lahir harus langsung mendapat air susu ibu (ASI) pada satu jam pertama setelah lahir. Kemudian ASI eksklusif harus terus diberikan selama enam bulan.
Menurutnya kegiatan Dinkes itu tidak terkait dengan maraknya susu formula yang mengandung bakteri. ”Kami sudah merencanakan kegiatan ini jauh sebelum isu susu bakteri muncul di masyarakat,” kata Reniati.
Menurut Reniati, angka kematian bayi di Kabupaten Tangerang masih jauh di atas target nasional, yaitu sebanyak 20 per 1.000 kelahiran hidup.
Bagi Wakil Ketua DPRD Kabupaten Tangerang, Arif Wahyudi, kasus gizi buruk yang menimpa 3.045 sudah sangat tinggi. Menyikapi hal itu pihaknya meminta agar Dinkes lebih proaktif dengan melakukan peninjauan lapangan. ”Jangan hanya dapat dari laporan puskesmas atau bawahan saja. Tapi dilihat apa yang terjadi di lapangan,” tegas Arif.
sumber: Republika Online
edisi: 14 Maret 2008